Flipped Learning atau Flipped Classroom? Pembelajaran Berbasis Teknologi dengan Generasi Post Millenial

Pusat Inovasi dan Pembelajaran (PIP) Universitas Katolik Parahyangan, Bandung baru-baru ini mengundang Made Hery Santosa untuk berbagi mengenai Flipped Learning. Bersama 40 dosen dari berbagai Jurusan, beliau berbagi dalam kegiatan workshop satu hari tentang konsep Flipped Learning dan Pembelajaran berbasis Flipped Learning di konteks pembelajaran masing-masing.

Agus Sukmana, selaku Kepala PIP menekankan bahwa tren seperti Flipped Learning sangat diperlukan di konteks Unpar mengingat kondisi kelas-kelas di Unpar. Pada beberapa mata kuliah, kelas bisa menjadi sangat besar, bisa berisikan sampai 70 mahasiswa, yang mengambil suatu mata kuliah tertentu. Tentu ini adalah tantangan bagi semua pihak. Dosen pasti tidak mudah mengelola kelas seperti ini. Jika tujuannya adalah agar mahasiswa memahami materi, jelas pembelajaran model konvensional seperti metode ceramah, buku, dan menjawab pilihan ganda tidak memberi ruang berpikir cukup bagi pembelajar.

Ketika menyampaikan materinya, Made Hery Santosa memulai dengan modelling, yaitu mengajak semua peserta berpura-pura menjadi mahasiswa dan beliau menjadi dosennya. Peserta diajak belajar dengan model Flipped Learning dari awal sampai selesai suatu proses pembelajaran dan tujuan belajar. Konsep mendasar perlu diberikan dalam bentuk praktek langsung sehingga bermakna. Tentu penyesuaian tetap dilakukan menurut situasi masing-masing. Beliau menekankan juga beda Flipped Classroom dan Flipped Learning.

Jika Flipped Classroom adalah ‘membalik’ cara belajar dimana mahasiswa belajar konsep dan materi di rumah melalui media seperti video yang disiapkan sebelumnya, kemudian berdiskusi di kelas dan dosen menjadi fasilitator. Flipped Classroom bisa menuju Flipped Learning, namun tidak selalu harus dilakukan. Flipped Learning sendiri pasti melalui proses pembelajaran Flipped Classroom dan penenkanannya adalah pada pedagogi dan langkah-langkah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Selain meminta mahasiswa belajar di rumah dengan instruksi dan pertanyaan-pertanyaan, di kelas, mahasiswa berdiskusi, kemudian berbagi, saling berkontribusi, bermain peran, melakukan curah ide, mendiskusikan di kelompok kecil sampai besar, sampai menunjukkan pemahamannya terhadap suatu konsep yang diajarkan dengan proses kreasi suatu proyek.

Misalnya, jika belajar tentang Sampah, medianya bisa video tentang Penanganan Sampah yang disampaikan dengan EdPuzzle, kemudian ada Formative Quiz, seperti Kahoot atau Quiziz, membuat Peta Pikir dengan Mind Node, kemudian berdiskusi dengan peran berbeda dalam berpasangan, bergrup kecil, dan bergrup besar, sampai presentasi hasil diskusi. Selanjutnya, untuk mengecek pemahaman, mahasiswa bisa diberi project berbeda, seperti membuat Meme, Poster, Infografis, Storybook, atau Video. Apapun project-nya, aspek pedagogis yang tertuang dalam langkah-langkah pembelajaran Flipped Learning jelas dan memberi pembelajaran bermakna bagi mahasiswa.

Workshop kemudian melatihkan dosen-dosen membuat media video menggunakan EdPuzzle dan Screencasting (misal menggunakan Jing, Camtasia, atau Screencast-o-matic). Terakhir, dosen membuat langkah-langkah pembelajaran berbasis Flipped Learning dalam mata kuliah masing-masing. Beliau berharap pelatihan ini bisa memberi manfaat sebesar-besarnya bagi proses pembelajaran di Unpar dan untuk peningkatan kapasitas dosen-dosen di Unpar, Bandung.

Terima kasih, semoga bisa bertemu kembali ^^

@mhsantosa
24062019

Leave a Comment